fanzz

Selasa, 09 Juli 2013

ARAH PERUBAHAN KURIKULUM SERTA PERAN GURU SEBAGAI PENDIDIK

Perubahan kurikulum di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 10 kali, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,1984, 1994, 2004, 2006, dan kurikulum 2013 yang sekarang masih dalam tahap perancangan. Pada realitanya, dengan melihat kemampuan para peserta didik selama sepuluh periode tersebut, hasilyapun masih jauh dari kata sempurna dan belum bisa dikatakan sukses. Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menciptakan generasi anak bangsa yang berprestasi, yakni asas-asas kurikulum dan peran guru sebagai pendidik.
asas psikologi. Dalam hal ini kurikulum harus melihat subyek pendidikan adalah manusia yang berbeda dengan makhluk lain. Kurikulum dapat disusun dan disajikan seefektif-efektifnya agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal dan diharapkan adanya hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Psikologi setiap anak tidak sama, untuk itu harus diketahui terlebih dahulu   psikologi rata-rata anak Indonesia dan perlu adanya sebuah penelitian yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Asas Sosiologi, hendaknya para perumus harus mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, peraturan, keputusan pemerintah. Selain itu, keberadaan masyarakat juga sangat mempengaruhi pemikiran peserta didik sehingga harus dianalisis terlebih dahulu keadaan masyarakat dimana sekolah tersebut berada.
Anak yang dibesarkan dari lingkungan yang baik memiliki watak mudah diatur, akan tetapi anak dari lingkungan buruk akan cenderung keras kepala dan susah diatur. Kondisi ekonomi juga mempengaruhi perilaku mereka sehingga model pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi mereka.
Asas Filosofis, pengembangan kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan memberikan arah yang tidak menentu. Dalam bukunya S. Nasution, disebutkan bahwa: 1) aliran perenialisme bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut parenial. Kurikulum yang diinginkan terdiri atas subjek atau mata pelajaran yang terpisah.
2) Aliran Idealisme, filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. 3) aliran realisme, tujuan hidup ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbaagai disiplin ilmu atau mata pelajaran.
Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Oleh karenanya, dalam proses belajar mengajar selanjutnya, sistem penyampaianya tidak harus secara lisan, tetapi dianjurkan bagi guru untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang telah bermunculan sehingga perlahan para anak didiknya akan mengenali alat-alat tersebut.
Guru harus pandai mengarahkan muridnya dalam hal teknologi ini. Internet misalnya, bagaimana etika untuk menggunakanya, mencari hal-hal yang positif dan menghindari efek negatifnya.
Selain disebutkan di atas, Asas Organisatoris juga ikut menentukan, dimana para pengembang kurikulum harus mempunyai tolok ukur yang harus jelas antara tujuan bahan pelajaran, sasaran bahan pelajaran, dan pengorganisasian bahan. Dengan begitu akan tercipta hasil yang jelas pula. Kesalahan guru dalam pengorganisasian kelas akan mengakibatkan tidak berhasilnya proses belajar-mengajar.
Dengan melihat seksama UU No. 20/2003 (Sisdiknas), visi pendidikan nasional yaitu “Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”, untuk merealisasikannya peran guru disini menjadi sangat penting.
Peran guru dalam mewujudkan visi Indonesia berkualitas menjadi sangat penting. Sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, evaluator, dan konselor. Semua peran ini harus dikuasai guru agar mampu melaksanakan proses belajar-mengajar secara optimal dan merealisasikan apa yang menjadi tujuan pendidikan.
Guru pendidik, ia terlebih dahulu harus menanamkan budi pekerti, etika, moral, sopan-santun terhadap dirinya untuk kemudian dicontohkan kepada anak didiknya. Sebagai pengajar, guru menyampaikan informasi atau pengetahuan. Guru harus bisa melatih sejumlah keterampilan dengan harapan agar peserta didik memiliki keterampilan dasar yang dapat dikembangkan sendiri dan siap untuk mengarungi kehidupan yang penuh tantangan.
Guru dianjurkan mempu melakukan penelitian untuk bisa menemukan hal-hal yang bersifat baru yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dengan berbekal ilmu pengetahuan guru yang cukup luas akan memberikan pitu kemudahan menuju suksusnya pendidikan di Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar